Trip To Forgive

No comments

 


"Jika bukan diri kita yang memutus mata rantai luka tersebut, lalu siapa?


Apakah kita akan membawa luka itu sampai ajal menemui kita?”


Saya terhenyak dengan kalimat diatas, efek luka terkadang memang sangat dalam. Kalau tidak kita cepat-cepat memutus mata rantainya, lukanya akan semakin dalam. Meskipun terkubur namun apabila sedikit saja terkuak, luka itu akan makin melukai diri kita.


Lalu saya teringat akan satu Blog Tentang Spiritualitas Percaya atau tidak percaya banyak luka kronis yang berawal dari penderitanya menyimpan luka di dalam hati.


Bagi sebagian orang memang ada yang nyap-nyap ketika terluka. Yang mengakibatkan dia mudah murah hingga menderita darah tinggi.


Jangan salah darah tinggi juga sangat berbahaya buat penderitanya lho. Kalau sampai tekanan darah kita tinggi bisa berakibat pembuluh darah kita pecah dan meninggal dunia bukan?


Namun ada juga yang menyimpan lukanya dalam diam. Diam-diam menangis di sudut kamar hingga tidak diketahui orang lain. Namun selang beberapa tahun baru diketahui menderita beberapa penyakit dalam yang sudah kronis.


Rasanya saya tidak percaya kalau bukan orang terdekat saya mengalami sakitnya sendiri hingga berujung pada kematian.but its true. Mulai dari saat itu saya berprinsip menjadi orang yang mudah untuk melupakan.

 

Tips Memutus Mata Rantai Luka

 

1.Putuskan Kontak.

Yang menyakiti hati Anda orang terdekat? Mertua, mantan pacar, mantan suami, mantan sahabat? Hal pertama yang harus anda lakukan adalah memutus kontak. Mulai dari no hape, whatsaap, sosmed. Kalau belum sanggup memblokirnya setidaknya mute dulu agar nggak bolak-balik pop up di beranda kita.


2.Stop Stalking.

Bicara hati adalah hal yang paling sulit. Disatu sisi kita merasa tersakiti sehingga membuat kita terluka, namun disatu sisi kita kepo dengan kehidupan orang yang menyakiti kita. Buat apa coba? Please hati, berdamailah. Stop stalking. Don’t be stupid dengan mengikuti kehidupan orang yang telah menyakiti hati anda.


3. Menjeda Waktu.

Beri waktu sejenak pada hati untuk menjeda. Tak mengapa sakit, menikmati luka tapi jangan lebih dari seminggu. Kalau perlu sehari atau dua hari saja. Mau menangis kalau itu bisa meringankan beban menangislah tapi jangan lama-lama.

Ingat point yang saya bilang kalau bersedih terlalu lama membuat tidak sehat organ dalam kita. Ada jantung, hati, pancreas, lambung yang akan terluka dan berakibat fatal. Sesekali kita memang harus Belajar Spiritualitas agar jiwa kita juga terasa damai.

Nggak mau kan kita sakit parah sampai kita tidak mampu apa-apa. Nggak mau kan kita meninggal gara-gara masalah sepele. Sorry saya nggak bilang masalah anda sepele. Namun coba tengok di luar sana, percaya deh masih banyak orang yang masalahnya lebih rumit dan complicated daripada masalah anda.


4. Cari Bestie yang satu frekuensi

Dalam hidup on off itu wajar. Ada yang hilang lalu pergi tak perlu disesali. Sekuat apapun kita menahan jika orang tersebut tak lagi ingin tinggal tetap saja akan pergi dalam kehidupan kita. Begitu pula persahabatan. Cobalah cari teman yang satu frekuensi agar tidak terlalu njomplang dan akhirnya pergi.

Kalau memiliki bestie yang satu frekuensi kita tidak perlu terlalu mengalah dan mendengarkan apa maunya, begitu pula sebaliknya. Ketika memiliki teman satu frekuensi sudah pasti sejalan.

So ketika persahabatan tidak lagi satu frekuensi lebih baik tinggalkan saja. Nggak harus benar-benar ditinggalkan sampai block gitu juga sih. cukup perlahan-lahan  menjauh saja. Sekedar berteman sih boleh tapi bersahabat jangan.


5. Back to Family

Pernah dengar kalimat yang mengatakan kalau darah itu lebih kental daripada air bukan? Jadi ketika kita sudah lelah mencari kesana-kemari, maka rumah ternyaman untuk kita pulang adalah keluarga. Tak perlu merasa rendah hati dan malu. Karena keluargalah yang benar-benar tulus menyayangi kita

 

No comments