Diary Masa Lalu dan Masa Kini

No comments




“Dear Deary…

Hari ini aku bahagiaaa banget, karena….”

Ah rasanya kangen banget mengawali kalimat itu ketika menulis buku diary. Namun, sebenarnya saya sudah berhenti menulis diary semenjak SMA. Semenjak buku diary saya dibaca oleh ibu dan dirobek dong. Hiks, alasannya saya tidak belajar dengan sungguh-sungguh dan malah sibuk menulis diary. Hahaha mungkin saya saat itu terlalu lebay menuliskannya. Sehingga membuat ibu saya marah.

Ibu saya tidak tahu dibalik rajinnya saya menulis diary ternyata disitulah bakat saya terasah menjadi seorang Blogger Perempuan. Seperti sahabat terbaik saya kak Alaika Abdullah yang Seorang Narasumber Literasi Digital. Masa depan anak siapa yang tahu ya, saat itu menulis diary, cerpen cinta-cinta an ya karena memang sedang di usia putih abu-abu. Jadi suka ngiri dengan kemajuan literasi saat ini dimana banyak sekali anak-anak yang sudah mampu menerbitkan novel atau antologi. See, menuliskan cinta bukan sesuatu yang salah.

Memang dasarnya saya suka menulis. Setelah tragedi buku diary dirobek lalu saya mengumpulkan uang buat beli buku diary yang tebel dan ada kuncinya. Saya pikir aman, saya menaruhnya di bawah ranjang tempat tidur. Pojokan tertutup yang seharusnya tidak tersentuh. Tapi lagi-lagi saya salah, setelah beberapa bulan berlalu ketahuan ibu lagi dan ibu makin bertambah marah.

Tahu nggak kenapa ibu marah? Saya menuliskan detail kalau saya fall in love sama kakak kelas. Detail apa saja dan bagaimana. Misal hari ini bertemu sekilas pandang lalu hati berdebar-debar. Ataupun saya sedih dan menangis hanya karena melihat si kakak kelas ngerumpi dengan gank-nya. Menurut ibu, di usia saya nggak boleh pacaran, nggak ada manfaatnya. Saya sih nggak pacaran, tapi masalah hati siapa yang bisa melawan… hahaha.

Diary saya disita. Dan isinya diceritakan sama beberapa teman saya dan entah gimana ceritanya sampai si kakak kelas tahu kalau saya naksir. Jujur saya malu dan sempat bersitegang dengan ibu sampai beberapa minggu. Dari situ saya sudah benar-benar berhenti menulis. Padahal coba ditekuni maybe sekarang sudah bisa jadi novelis ya. Ngarepnya sih gitu.

Friendster dan Multiply

Entah di tahun berapa saya mulai mengenal Friendster dan multiply. Awalnya dulu suka iseng nulis di milis-milis gitu. Sampai akhirnya sangat nyaman di Multiply. Di sela-sela waktu menjelang tidur, makan siang atau kapanpun saya menulis dan menulis terus. Memiliki banyak teman dari mana saja sampai berasa punya kakak, adek, keluarga dekat dari blog multiply juga. Tapi sayang nggak dapat job yang menghasilkan cuan disana hehehe.

Multiply itu diary kedua saya. Kadang dalam sehari saya menulis bisa 5-6 kali. Nggak pakai kaidah SEO dan aturan berapa ratus kata gitu. Nulis ya nulis saja, seringnya dulu puisi, daily life, foto masakan, dll. paket lengkap. Dulu saya menulis nggak berfikir tentang etika menulis, aib segala macam tertulis disana. Makanya merasa beruntung sekali multiply almarhum sekarang. Jadi nggak perlu menghapus satu demi satu

www.aisyahdian.my.id

Meski belum launching, namun keinginan memiliki sebuah diary tetap aku inginkan. Ibaratnya memiliki sebuah rumah untuk pulang. Untuk menceritakan segala keluh kesah juga tempat berbagi cerita. Untuk memiliki sebuah rumah tak perlu mahal. Aku sengaja memilih domain my.id agar tak merasa berat memperpanjang biaya tahunannya. 15k pertahun, bahkan lebih mahal daripada buku diary kita kan? Hehehe.

No comments